FEB UNISMA HADIRKAN VISITING EXPERT DARI BELANDA, KUPAS CORPORATE GOVERNANCE DAN SDGs

SIARINDOMEDIA.COM – Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Islam Malang (Unisma) sangat konsisten dalam menjalankan program internasionalnya. Baru-baru ini dalam kelas internasional Corporate Governance menghadirkan Visiting Expert Jeroen Rijenberg. Presdir PT Elite Investment Indonesia ini datang untuk memberikan materi Corporate Governance dan Sustainability Development Goals.

Dalam pembukaan acara Dekan FEB Unisma, Nur Diana SE MSi ini mengatakan pihaknya sangat konsisten dalam menjalankan program internasional. Sejak 2019 pembelajaran di kelas Internasional selain menggunakan bahasa asing, juga digunakan kurikulum yang berstandar internasional.

Link Banner

“Kami juga menghadirkan Expert untuk memperkuat mata kuliah yang ditempuh mahasiswa,” ungkap Diana.

Dekan yang dikenal inovatif ini lantas memberikan contoh, seperti saat ini, mata kuliah Corporate Governance.

Sebagai informasi, Corporate Governance merupakan mata kuliah yang dibina oleh dosen yang melibatkan praktisi nasional maupun internasional.

Link Banner

“Pelibatan praktisi internasional pada beberapa pertemuan ini untuk mengurangi gap yang terjadi pada tataran teoritis dengan praktis,” urainya.

Hal ini sangat penting untuk memberikan komparasi jika dikelas disampaikan sebatas teoritis, namun saat ini mahasiswa juga mencoba menggali dari sisi praktisi langsung.

“Sehingga era saat ini selayaknya spirit Corporate Governance ditanamkan ke berbagai sektor industri,” ujarnya.

Dekan FEB Unisma
KESEIMBANGAN TEORITIS & PRAKTIS. Dekan FEB Unisma Nur Diana SE MSi. Foto: Ist

Diana menambahkan, hal ini agar dapat menjalankan managemen dengan berpegang pada prinsip tata kelola transparency, accountability, responsibility, independence, dan fairness (TARIF) yang dinamis sehingga mampu menangani isu-isu SDGs.

Sementara itu Jeroen Rijenberg dalam kuliah praktisi menjelaskan konsep, praktik, serta perkembangan dan keterkaitan corporate governance SDGs. Secara umum, narasumber menjelaskan bahwa perusahaan dikelola untuk memenuhi ekspektasi stakeholder bukan hanya pemegang saham (stockholder).

“Tata kelola perusahaan merupakan struktur dan proses yang digunakan oleh perusahaan untuk mengarahkan dan mengawasi kegiatan bisnis. Basic value corporate governance terdiri dari TARIF,” tutur Visiting Expert dari negeri kincir angin itu.

Good Corporate Governance (GCG), ujar Jeroen, mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder.

“Sedangkan GCG memiliki lima prinsip dasar, yaitu Transparency, Accountability, Responsibility, Independency, dan fairness,” terangnya.

Prinsip Responsibility berkaitan erat dengan CSR, dimana perusahaan dalam kegiatan operasionalnya mempunyai peran untuk bertanggungjawab kepada shareholder dan juga kepada stakeholder.

Terdapat tiga dimensi pembangunan SDGs yang merupakan agenda pembangunan global, yakni komprehensif, inklusif dan mengutamakan prinsip universalitas.

Perkembangan dunia usaha memberikan peran potensial dan kontribusi dalam tantangan pembangunan global. Dunia usaha berpartisipasi dalam proses pembangunan dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan penerimaan pajak. Peran yang lebih luas bagi dunia usaha adalah terlibat dalam agenda pembangunan, khususnya SDGs.

Jeroen Rijenberg
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN. Narasumber Jeroen Rijberg saat memaparkan materinya. Foto: Ist

Menurutnya bentuk dari pertanggungjawaban perusahaan yaitu kepatuhan perusahaan pada peraturan yang berlaku. Diantaranya seperti masalah perpajakan, hubungan industrial, kesehatan serta keselamatan kerja. Juga perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat dan yang lain sebagainya.

Kebijakan CSR harus memberikan manfaat tidak hanya kepada perusahaan, tetapi juga bagi masyarakat dan lingkungan.

Untuk mendapatkan peluang bisnis yang lebih besar, perusahaan perlu mengimplementasikan praktek keberlanjutan sosial dan lingkungan untuk mengejar pangsa pasar. Banyaknya perusahaan yang menerapkan praktek SDGs akan menjadi sesuatu kekuatan atau gerakan yang besar.

Sementara sebaliknya, apabila pelaku usaha tidak menerapkan praktek berkelanjutan, akan kesulitan untuk mendapat tempat yang layak untuk berbisnis.

Author

  • Dedik Achmad

    Kuli tinta yang gemar rebahan sekaligus doyan makan. Namun terobsesi pengen jadi manusia yang manfaat dunia akherat.

    Lihat semua pos

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *