BANGKITKAN KESADARAN PENGGUNAAN AIR MELALUI CYCLE FOR WATER

SIARINDOMEDIA.COM – Unit Pengembangan Smart Eco Campus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Ecotalk Series 6 bertajuk Environment and Water Awareness, Jumat (24/3). Acara ini diawali dengan bersepeda bersama dengan komunitas Cycle For Water dari bundaran ITS hingga titik singgah, Masjid Manarul Ilmi ITS.

Manajer Program Rekayasa Sosial Smart Eco Campus ITS, Ars Iwan Adi Indrawan ST M.Ars menjelaskan, kegiatan ini untuk menunjukkan inovasi Ablution Water Circulation, yang telah diterapkan ITS sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan kampus.

Inovasi tersebut telah diterapkan ITS selama kurang lebih satu dekade, di mana penerapannya adalah limbah air bekas wudhu yang dimanfaatkan dan diolah kembali hingga cukup bersih untuk menjadi air siram tanaman.

“Atas inovasi ini, Masjid Manarul Ilmi ITS berhasil memanfaatkan jutaan liter air sehingga tidak terbuang secara percuma,” tutur dosen Departemen Arsitektur tersebut.

Sirkulasi Air Wudhu
SIRKULASI AIR WUDHU. Komunitas Cycle For Water bersama Ashar sebagai penanggung jawab Masjid Manarul Ilmi ITS saat menjelaskan terkait inovasi Ablution Water Circulation. Foto: Ist/HumITS

Iwan mengungkapkan, bahwa tujuan utama dari dilangsungkannya kegiatan ini ialah untuk membangkitkan kesadaran dan menumbuhkan rasa tanggung jawab akan penggunaan air secara tepat.

“Diharapkan acara ini dapat memberikan dampak positif dan membuat masyarakat lebih perhatian terhadap lingkungan dan bijak dalam penggunaan air,” tandasnya mengakhiri.

Perwakilan komunitas Cycle For Water, Petronille Sartorio menceritakan perjalanan dengan rekan setimnya. Saat dia berada di Flores, akses terhadap air minum sangat sulit ditemukan. Sumber mata air letaknya sangat jauh dari pemukiman dan air yang didapat pun harus dimasak untuk bisa diminum.

“Ini merupakan salah satu bentuk ketidakmerataan akses air bersih yang saya lihat,” tutur Petro.

Petro juga membagikan pengalamannya pada saat dirinya dan tim menyambangi New Zealand. Mereka melihat bagaimana air bersih dan sanitasi sangat dijaga dan memiliki akses yang sangat mudah.

“New Zealand menerapkan program three water services, saya rasa inovasi ini juga bisa diterapkan di Indonesia,” tuturnya.

Pemateri Ecotalk #6
KESADARAN PENGGUNAAN AIR. Komunitas Cycle For Water dan Palupi Wikandari ST MSES selaku pemateri gelar wicara Ecotalk #6 bertajuk Environment and Water Awareness. Foto: Ist/HumITS

Perempuan asal Prancis tersebut menjelaskan, inovasi three water services yang dimaksud memiliki tujuan untuk memastikan seluruh warga negaranya dapat menikmati layanan air minum, air limbah, dan air hujan yang aman, terjangkau, serta berkelanjutan.

“Hal ini selaras dengan tujuan utama kita dalam menjaga air dan lingkungan,” tambah Petro.

Melihat kondisi yang ada, Petro menegaskan bilamana saat ini ketidakmerataan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang baik merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan. Hal ini pula yang mendasari komunitas Cycle For Water melakukan kampanye terkait akses air bersih dengan berkeliling di beberapa negara menggunakan sepeda.

“No water, no us,” tutupnya menggunakan jargon yang mereka buat.

Manajer Senior Perencanaan dan Pengembangan Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Surya Sembada Kota Surabaya, Palupi Wikandari ST MSES menjelaskan, air bersih merupakan salah satu bagian dari human right.  Karena air adalah suatu hal paling esensial yang mendasari kehidupan manusia. Maka dari itu, akses terhadap air bersih dan sanitasi yang baik harus terpenuhi dalam jumlah dan kualitas yang memadai.

Di sisi lain, masih banyak masyarakat yang sulit untuk bisa mengakses air bersih dan mendapatkan sanitasi yang baik. Di Surabaya, untuk dapat mengakses air bersih warga harus membayar mulai dari biaya pemasangan saluran hingga tarif perbulan.

“Ini yang menjadi titik fokus kami agar air bersih bisa dinikmati semua kalangan,” ujarnya.

Peserta & pemateri Ecotalk #6
NO WATER NO US. Para peserta dan pemateri gelar wicara Ecotalk #6 bertajuk Environment and Water Awareness. Foto: Ist/HumITS

Menjawab permasalahan tersebut, salah satu upaya yang telah dilakukan adalah dibentuknya program Master Meters. Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses air PDAM di Kota Surabaya, khususnya untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang secara teknis dan administratif tidak dapat dilayani PDAM Surabaya.

Palupi menambahkan, di Surabaya tidak ada alternatif sumber daya air yang memadai baik secara kualitas dan kuantitas. Sehingga menjadikan akses air dari PDAM sebagai sumber utama. Hingga saat ini 99,9 persen wilayah di Surabaya sudah tersedia akses air bersih dan terlayani oleh PDAM.

“Atas pencapaian ini, diharapkan ke depannya semua masyarakat tanpa terkecuali bisa mengakses air bersih dengan mudah,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *