SIARINDOMEDIA. COM – Berbicara dunia seni tradisi seakan tiada habisnya. Apalagi dunia seni tradisi khususnya karawitan, terdapat banyak sekali gaya yang biasa disebut dengan ‘gagrak’. Salah satu gagrak yang terdapat dalam karawitan adalah gagrak Malangan.
Dalam perkembangannya gagrak Malangan ini sudah ada sejak jaman Singosari dan Majapahit yang berkembang hingga sekarang.
Samadyanto, seniman kelahiran 1957 ini adalah salah satu seniman serba bisa dan masih getol mempertahankan dan memikirkan nasib gagrak Malangan ini.
Saat jurnalis siarindomedia.com mendatangi kediaman Samad di Desa Perdana, Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang, suasana kesenimannya sudah tampak di halaman depan rumahnya. Gamelan Jawa dengan cat merah berukir sudah tersaji rapi.
“Monggo monggo pinarak (Mari mari silahkan masuk),” ucap Samad dalam Bahasa Jawa.
Pembawaanya yang santai dan semanak membuat siapa saja yang berkunjung ke kediamannya pasti betah.
Samad lantas mulai menceritakan pengalamannya di dunia seniman. Dia bahkan mengisahkan betapa banyaknya gagrak-gagrak dalam dunia karawitan yang bisa dipelajari.
“Terutama Malangan ya mas, kui akeh tur beda lo (terutama gaya Malangan ya mas, itu banyak dan khas lo),” jelasnya.
Samad mengatakan jika dirinya juga menuliskan sendiri notasi-notasi bahkan buku buku tentang karawitan dalam berbagai gagrak. Dia berpendapat jika tidak ada yang melestarikan dan membukukan, maka nantinya kepada siapa generasi penerus akan belajar terkait gamelan.
“Apamaneh ning Malang, Mas, iki unik, aja nganti generasi penerus ora ngerti karo keseniane dewe, (Apalagi di Malang, Mas, ini unik sekali, jangan sampai generasi penerus kita tidak mengerti dengan keseniannya sendiri),” tuturnya.
Samad juga menjelaskan jika dalam perkembangan dunia seni, terutama karawitan yang sulit adalah menyatukan rasa, karena nges atau ruh dalam seni karawitan adalah rasa. Jadi jika rasa dalam karawitan tidak terpegang dengan baik, maka ruh dalam karawitan berkurang.
Samad berharap kepada pemerintah, terlebih pemerintah daerah, agar ada perhatian dan pembinaan secara berkala kepada para pelaku seni dan seniman.
“Aja bar lomba di jarne plung, kudu dienekne pembinaan jane, (Jangan setelah adanya lomba-lomba kesenian, para seniman dibiarkan begitu saja, tapi yang terpenting adanya pembinaan secara berkala),” ucapnya sambil tersenyum.
Samad juga berpesan agar generasi penerus tidak membeda-bedakan dalam belajar berkesenian, karena sejatinya ilmu seni ini berkembang sehingga perlu untuk terus dipelajari.