SIARINDOMEDIA.COM – Sejak UNESCO menetapkan Gamelan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) tanggal 15 Desember 2021, tentunya pengembangan dan pelestarian terkait Gamelan harus lebih ditingkatkan.
Ditengah arus globalisasi yang deras ini, sosok Iska Aditya Pamuji tetap bersikeras mempertahankan nilai-nilai tradisi gamelan, dan getol untuk menyuarakan pelestarian gamelan pada generasi muda.
Bagaimana kisah sosok Iska Aditya Pamuji dalam mempertahankan dan memperjuangkan eksistensi gamelan? Mari kita simak kisahnya.
Dimulai saat masih kecil, sosok Iska Aditya Pamuji yang kerap disapa Aditya Kresna ini, senang melihat pertunjukan-pertunjukan seni tradisional di sekitar rumahnya yang berada di Desa Sumberejo, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Adit mulai menunjukkan kecintaannya pada dunia seni tradisional terutama gamelan.
Ketika lulus dari Sekolah Dasar, Adit mulai memberanikan diri untuk belajar gamelan di sanggar seni dekat rumahnya berada.
Sosok Adit kecil pun diakui oleh orang – orang disekitarnya adalah sosok yang cerdas dan kreatif, sehingga dirinya bisa dengan mudah dan cepat menguasai materi gamelan yang dipelajarinya ketika itu. Bahkan dia juga sudah mulai berani tampil untuk memainkan gamelan di usianya yang masih kecil tersebut.
Hal ini membuatnya tertarik untuk belajar dan terus mendalaminya. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk meneruskan pendidikan kuliahnya di Institut Seni Indonesia Surakarta jurusan Karawitan.
Pria Kelahiran Malang, 26 Desember 1993 ini sangat tekun menggeluti dunia karawitan hingga dia mulai dipercaya kampusnya untuk bisa tampil di berbagai acara sebagai pemain gamelan.
“Bahkan pada tahun 2014 , saya bisa menjadi tim kesenian dari kampus sebelah (UNS). Dari berkesenian ini saya bisa ke Jakarta, Ujung Pandang, Bandung, ya itu bagi saya menyenangkan karena bisa kemana-mana,” ucap pria berkulit putih ini.
Adit yang saat ini telah menyelesaikan studi S2nya di ISI Surakarta Jurusan Karawitan juga mengatakan, jika saat ini sebenarnya kesenian sudah mulai diambang batas yang mengkhawatirkan. Pasalnya generasi muda umumnya banyak mengetahui dan menggandrungi budaya-budaya asing, namun malah kurang mengerti terhadap budayanya sendiri.
“Ya harapan saya melalui lembaga-lembaga pendidikan dan sanggar-sanggar, dunia karawitan bisa lebih berkembang dan menjadi pupuk subur bagi generasi seniman,” ucapnya sambil sesekali memainkan alat musik gamelan rebab.
Adit juga mengatakan jika dunia gamelan ini sangat menyenangkan dan penuh dengan makna-makna filosofi yang sesuai dengan ajaran adab orang ketimuran. Misalnya selalu mengingat Tuhan, leluhur, bahkan menghormati alam melalui bahasa universal yang dikeluarkan dari bunyi gamelan.
Sebagai orang Indonesia terutama orang Jawa, sudah sepantasnya kita lebih menjaga dan melestarikan seni tradisi asal bangsa kita sendiri.
“Karena sangat miris. Dunia saja mengakui melalui UNESCO, masa kita tidak mau dan tidak ingin mempertahankan bahkan terjun di dalamnya (dunia karawitan), kan malu sama Bangsa ini,” tegasnya.
Pria yang juga berprofesi sebagai guru ini menuturkan jika dikemudian hari budaya dan nilai-nilai tradisional ini hilang, maka bangsa ini akan mudah dihancurkan oleh bangsa asing.
“Budaya tradisi kudu tetep bisa lestari, dimen Bangsa ora dadi sudra (Budaya Asli Bangsa ini harus tetap lestari, Agar Bangsa ini tidak menjadi Budak dari Bangsa Lain),” pungkasnya.