LESTARIKAN BUDAYA JAWA, PEMUDA INI TEKUNI KERAJINAN PATUNG BANTENG

SIARINDOMEDIA.COM – Desa Jabung, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, menjadi rumah bagi seorang pengrajin muda bernama Andik Prastiyo (22), yang mendedikasikan dirinya untuk mengukir patung banteng.

Menariknya, perjalanan Andik tidak dimulai dari pembuatan patung banteng. Dia awalnya mengukir topeng dan gagang pecut, seni yang memerlukan ketelitian dan keahlian tinggi.

Seiring berjalannya waktu, Andik melihat peluang baru ketika musim bantengan tiba.

Link Banner

“Awalnya saya mengukir topeng karena mengikuti kesenian tari topeng. Lalu, saya iseng-iseng membuat gagang pecut yang dipesan banyak orang. Dengan maraknya bantengan, saya ikut terjun ke dunia bantengan. Hingga akhirnya, saya mencoba membuat kepala banteng yang ternyata bisa menjadi peluang saat musim bantengan dan terus berlanjut hingga sekarang ini,” ujar Andik, pengrajin banteng asal Jabung.

Andik juga aktif memanfaatkan platform digital untuk memasarkan produk dan mengembangkan kerja sama dengan berbagai komunitas seni guna menarik minat generasi muda.

Meskipun baru satu tahun menekuni profesi ini, hasil karya Andik telah terjual hingga ke Sumatera.

Dengan ketelatenan, Andik mengolah kayu dan bahan lainnya menjadi patung banteng yang memiliki karakter kuat.

DARI TANGAN TERAMPIL. Dengan sabar dan telaten, dia mampu membuat karya seni yang menakjubkan. Foto: Melda, Hana

Sentuhan akhir pada setiap patung tidak hanya menonjolkan keindahan estetika, tetapi juga mengandung makna simbolik dari banteng yang melambangkan kekuatan dan ketahanan.

Beragam Model Bantengan

Andik memproduksi dua jenis bantengan, yaitu banteng wetanan dan banteng kulonan.

“Harga satu kepala banteng biasanya mencapai Rp2,5 juta, tetapi tergantung ukuran bantengnya. Saya menggunakan kayu Pule dan kayu Dadap sebagai bahan utama, dengan jenis banteng yang berbeda-beda sesuai pesanan. Biasanya, ada model banteng kulonan dan banteng wetanan,” jelas Andik.

Banteng wetanan dikenal dengan bulunya yang khas, sementara banteng kulonan, yang terkenal di Kota Batu, memiliki ciri khas ‘mangapan’.

Proses pembuatan satu banteng biasanya memakan waktu sekitar dua minggu.

Untuk bahan bakunya, Andik memilih kayu Dadap dan kayu Pule, yang dikenal dengan kualitas dan kekuatannya.

Dalam waktu yang relatif singkat, Andik telah berhasil mengukir kisah suksesnya sendiri.

“Selain menjadi pengrajin banteng, saya juga ikut dalam kesenian grup Bantengan di desa saya, yaitu grup Ronggo Sakti Budoyo (RSB),” tambahnya.

Yang dari awal hanya mengukir topeng dan gagang pecut, kini Andik diakui sebagai pengrajin banteng yang dikenal luas.

Semangat dan dedikasinya dapat menginspirasi masyarakat untuk mempertahankan identitas budaya jawa di tengah perubahan zaman.

Perjalanan Andik juga menjadi contoh nyata bahwa dengan ketekunan dan kemampuan beradaptasi terhadap peluang, kesuksesan dapat diraih.

Follow Berita & Artikel Siarindo Media di Google News

Authors

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *