SIARINDOMEDIA.COM – Sektor industri fiberglass di Indonesia ternyata juga menjadi pendukung sektor-sektor lain. Jenis usaha ini sangat fleksibel dan akan tetap digunakan di setiap zaman.
Awalnya jenis industri ini hanya terbatas pada pembuatan bak, tandon air, dan atap rumah saja. Namun kreativitas para pelaku usaha fiberglass membuatnya menjadi salah satu barang yang sangat fleksibel.
Soulart merupakan salah satu industri fiberglass rumahan di Kota Malang. Industri rumahan tersebut berlokasi di Kecamatan Sukun Kota Malang. Industri ini merupakan bisnis keluarga yang dijalankan oleh bapak dan anak.
Pemiliknya bernama Adjie Tri Cahyono dan dibantu oleh anaknya Bhagas Cahya. Industry ini didirikan pada tahun 1998, yang awalnya hanya membuat jasa sculpture dan baru merambah ke industri fiberglass dalam beberapa tahun terakhir.
Adjie sendiri mempelajari dan membuat fiberglass secara otodidak dengan melihat tutorial dari youtube maupun internet.
Soulart sendiri tidak hanya sebuah industri fiberglass rumahan, melainkan tempat “Multidisplin Workshop”. Dalam artian yaitu, tidak terpaku pada membuat bahan dari fiberglass saja melainkan juga dari segi nilai seninya dalam beberapa produk yang dihasilkan serta menjadi tempat untuk belajar.
Industri fiberglass yang dimilikinya sudah bekerjasama dengan beberapa universitas maupun perusahaan besar.
UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) adalah salah satu universitas yang mempercayakan mahasiswanya untuk melakukan praktek kerja lapangan di Industri rumahan milik Adjie.
“Selain dari UMM banyak mahasiswa juga dari ITS yang memasarkannya dari mulut ke mulut,” kata Bhagas anak Adjie pemilik industri ini.
Industri fiberglass tersebut memproduksi barang seperti, patung landmark kota, sculpture, beberapa body kapal laut, maket otomotif, dan masih banyak lagi.
Bhagas yang merupakan anak dari pemilik industri ini mengatakan bahwa pesaingnya sekarang kebanyakan dari perusahaan-perusahaan besar.
Industri fiberglass ini cukup banyak menerima pesanan dari pelanggan, tetapi mereka hanya membatasi jumlah kuota karena keterbatasan sumber daya manusia yang mereka punya.
“Paling kami hanya menerima 5-10 pesanan sebulan karena jumlah SDM yang kurang,” tutup Bhagas.