SIARINDOMEDIA.COM – Kesejahteraan guru Taman Kanak-Kanak (TK) masih menjadi isu yang belum mendapat perhatian serius.
Gaji rendah dan minimnya tunjangan membuat banyak guru TK harus mencari cara lain untuk menambah pendapatan.
Beberapa guru memilih pekerjaan sampingan yang masih berkaitan dengan dunia pendidikan anak usia dini, kayak jualan media pembelajaran, suvenir, hingga hiasan kelas.
Langkah ini mereka lakukan agar tetap bisa bertahan tanpa harus meninggalkan profesi yang dicintai.
Dewi Izzatu Afifah (38), seorang guru TK di Wendit, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.
Mengungkapkan bahwa ia menjalankan usaha menjual media pembelajaran anak untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“Gaji guru TK itu jauh dari kata cukup, padahal tugas kami membentuk pendidikan dasar bagi anak-anak. Karena itu, saya berjualan media pembelajaran supaya bisa tetap bertahan di profesi ini,” ujarnya.
Kondisi serupa tidak hanya terjadi di kota besar, tetapi juga di berbagai daerah di Indonesia.
Guru TK yang bekerja di sekolah swasta kerap menerima gaji di bawah Upah Minimum Regional (UMR) tanpa tunjangan atau jaminan kesejahteraan yang layak.

Dari Kaleng Lukis hingga Media Pembelajaran
Dewi memulai usahanya pada 2013 dengan menjual kaleng lukis. Seiring waktu, bisnis ini berkembang menjadi penyedia media pembelajaran berbahan busa hati yang lebih awet dan tahan lama.
Pada tahap awal, ia memasarkan produknya dengan mengikuti seminar, membuka stan, dan berjualan di pasar minggu.
Seiring meningkatnya permintaan, usahanya berkembang pesat hingga sempat kewalahan memenuhi pesanan.
Kini, bisnis yang diberi nama Viva Craft ini telah memiliki tim beranggotakan tujuh orang. Selain media pembelajaran, usaha ini juga menawarkan hiasan kelas dan suvenir.
“Usaha ini bukan hanya bisnis, tetapi juga bentuk kontribusi bagi sesama guru. Kami ingin memberikan manfaat dan menginspirasi,” tambahnya.
Pemasaran produk Viva Craft dilakukan secara online melalui platform marketplace seperti WhatsApp Business, TikTok, dan Shopee.
Hingga kini, pengiriman terjauh telah mencapai Papua dan Aceh, meskipun mayoritas pelanggan masih berasal dari wilayah Jawa.
Kisah Dewi menjadi cerminan perjuangan banyak guru TK di Indonesia yang harus berjuang demi kesejahteraan yang lebih layak.
Mereka berharap ada perhatian lebih dari pemerintah dan pemangku kepentingan agar profesi ini mendapat apresiasi yang sepadan dengan peran besarnya dalam pendidikan anak usia dini.