SIARINDOMEDIA.COM – Para petani jeruk di Kota Batu semakin menghadapi tantangan ekonomi yang berat akibat melonjaknya harga obat-obatan dan pestisida. Kenaikan harga ini menyebabkan biaya produksi meningkat tajam, sementara harga jual jeruk tidak mengalami peningkatan yang signifikan.
“Dulu, saat pertama kali menanam jeruk, harga obat sangat murah. Namun, dari tahun ke tahun, harga pestisida dan obat-obatan lainnya terus naik drastis,” ujar Sumito, seorang petani jeruk di Bumiaji, Kota Batu, yang telah berkecimpung di dunia pertanian selama lebih dari 20 tahun.
Sumito menambahkan bahwa kenaikan harga obat-obatan ini memaksa para petani untuk mengurangi penggunaannya, meskipun tanaman jeruk sangat rentan terhadap penyakit dan hama.
Kenaikan harga obat tanaman ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain meningkatnya harga bahan baku, biaya produksi, serta pelemahan nilai tukar rupiah.
Selain itu, rantai distribusi yang panjang turut memperparah permasalahan ini.
“Kami berharap pemerintah dapat turun tangan untuk mengatasi masalah ini,” kata Sumito.
“Jika harga obat-obatan terus melambung, kami tidak tahu bagaimana cara bertahan.”

Harapan Petani Jeruk
Para petani jeruk di Bumiaji, Kota Batu, berharap pemerintah dapat memberikan subsidi atau bentuk bantuan lain untuk meringankan beban mereka.
Mereka juga berharap adanya solusi jangka panjang, seperti pengembangan obat-obatan organik yang lebih murah dan ramah lingkungan.
Dampak kenaikan harga obat-obatan tidak hanya dirasakan oleh petani, tetapi juga oleh konsumen. Jika biaya produksi terus meningkat, harga jeruk di pasaran pun akan ikut naik, sehingga memberatkan masyarakat.
Selain itu, penggunaan obat-obatan secara berlebihan dapat berdampak buruk pada lingkungan dan kesehatan manusia.
Oleh karena itu, diperlukan solusi berkelanjutan dan ramah lingkungan dalam mengatasi hama serta penyakit pada tanaman jeruk.
Pemerintah dan pihak terkait memiliki peran penting dalam menangani permasalahan ini. Pemerintah dapat memberikan subsidi, mempermudah akses petani terhadap obat-obatan berkualitas dengan harga lebih terjangkau.
serta mendorong pengembangan obat-obatan organik dan teknologi pertanian ramah lingkungan.
Selain itu, produsen obat-obatan dan distributor diharapkan dapat turut berkontribusi dengan menekan harga dan memperbaiki efisiensi distribusi agar lebih terjangkau bagi petani.
Para petani jeruk di Bumiaji, Kota Batu, berharap pemerintah dan pihak terkait segera mengambil tindakan nyata untuk mengatasi mahalnya harga obat-obatan pertanian.
“Kami tidak ingin menyerah begitu saja karena kami juga merupakan nasabah prioritas sebuah koperasi,” ujar Sumito.
“Kami akan terus berjuang untuk mempertahankan kebun jeruk kami, tetapi kami juga sangat membutuhkan dukungan dari pemerintah dan pihak terkait.”
Diharapkan dapat menjadi perhatian bagi pemerintah, serta pemangku kepentingan agar segera mengambil langkah konkret dalam menangani permasalahan mahalnya harga obat-obatan. Pertanian yang dialami oleh petani jeruk di Kota Batu.