SIARINDOMEDIA.COM – Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah menyatakan bahwa serangan jantung merupakan salah satu penyakit yang tergolong sebagai silent killer. Tak hanya itu, serangan jantung juga dapat menyebabkan penurunan kemampuan berpikir dan mempengaruhi kondisi mental seseorang.
Merujuk pada penelitian yang dilakukan selama lima dekade, para peneliti menemukan bahwa serangan jantung tidak terkait dengan masalah kognitif (kemampuan berpikir) atau mental langsung, tetapi mereka melihat penurunan kesehatan otak yang lebih cepat dari biasanya pada tahun-tahun berikutnya.
Menurut seorang peneliti bernama Michelle Johansen, dia menyebut bahwa kognisi global setelah serangan jantung ini setara dengan sekitar enam hingga 13 tahun penuaan mental.
“Karena kenyataan bahwa banyak orang berisiko terkena serangan jantung, kami berharap hasil penelitian kami akan menjadi peringatan bagi orang-orang untuk mengendalikan faktor risiko pembuluh darah seperti tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi. Kami telah menunjukkan bahwa serangan jantung meningkatkan risiko penurunan kognisi dan memori di kemudian hari,” katanya, dikutip dari UPI.com, Jumat (2/6/2023).
Peneliti yang juga profesor neurologi di Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins, di Baltimore, itu juga mengatakan, serangan jantung menyebabkan suplai darah ke jantung tiba-tiba sangat berkurang atau terputus. Ini dapat menyebabkan otot mati karena kekurangan oksigen.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), sekitar 805 ribu orang di Amerika Serikat mengalami serangan jantung setiap tahun, di antara mereka 605 ribu merupakan serangan jantung pertama dan sisanya merupakan serangan jantung berulang.
Untuk mempelajari dampak serangan jantung pada kognisi (kemampuan untuk berpikir dan bernalar, red) para peneliti melakukan analisis gabungan dari enam studi besar orang dewasa yang dilakukan antara tahun 1971 dan 2019.
Mereka menggunakan sistem poin untuk mengukur kognisi global atau keseluruhan peserta dari waktu ke waktu. Seperti memori, dan seberapa baik mereka membuat keputusan kognitif yang kompleks, yang dikenal sebagai fungsi eksekutif. Dari hasil tes kognitif tersebut menunjukkan penurunan selama bertahun-tahun setelah menderita serangan jantung.
Sampel penelitian terdiri lebih dari 30 ribu orang yang tidak mengalami serangan jantung atau stroke, dan tidak menderita demensia pada saat penilaian pertama. Di antara mereka, 1.033 kemudian mengalami serangan jantung dan 137 di antaranya mengalami serangan jantung kedua.
Dan mereka yang cenderung rentan mengalami serangan jantung adalah lansia dan laki-laki.
“Kami telah menunjukkan bahwa mencegah serangan jantung dapat menjadi salah satu strategi untuk menjaga kesehatan otak pada orang dewasa yang lebih tua,” kata Johansen dalam rilis berita dari Johns Hopkins Medicine.
“Sekarang kita perlu menentukan secara spesifik apa yang menyebabkan penurunan kognitif dari waktu ke waktu,” tandasnya.