SIARINDOMEDIA.COM – Hiruk pikuk suasana lebaran terasa kental di Klampis Ireng. Desa yang biasanya terlihat sepi, sekejap penuh sesak dengan mobil-mobil berplat nomor Astina, Amarta, Dwarati, Widarakandang, Mandura, Paranggarudha. Bahkan Plat nomor dari Suralaya pun juga terlihat di Klampis Ireng.
Hal ini membuktikan bahwa Kyai Semar dan warganya adalah warga yang bisa srawung dengan siapa saja tanpa pandang bulu. Pejabat, rakyat, pedagang, sudra, semua dirangkul.
Bahkan kediaman Kyai Semar tak henti-hentinya kedatangan tamu, dari pagi, sampai malam, selalu saja ada yang silaturahmi.
“Pak, jajane sih ana ra? Lek entek tak jokane neh (Pak, jajannya masih ada tidak? Kalau habis saya tambahi lagi),” teriak Bagong dari dalam pawon rumahnya.
Semar pun memberikan jawaban dengan senyuman yang khas, mengisyaratkan bahwa hidangan lebaran untuk para tamu sudah saatnya di isi kembali.
Bau asap tembakau yang beraneka macam juga tercium dari kediaman Kyai Semar.
“Aduh iki mengko omahe isa-isa mumbul ki Pak e, keluk e jan nganti kaya pedhut (aduh ini nanti rumahnya bisa-bisa terbang ini Pak, asap rokoknya sampai seperti kabut dalam rumah),” ucap Dewi Kanestren istri Kyai Semar.
Sontak semua para tamu dan Kyai Semar pun tertawa. Karena semua menyadari, setelah dia tahun lebih kemarin, suasana lebaran seperti terkurung dalam jeruji besi, pada tahun ini semua baru bisa normal kembali.
Tak lupa Kyai Semar juga mempersilahkan semua tamunya untuk menyantap hidangan kupat dan lontong yang sudah disiapkan sedari tadi oleh istri dan anak-anaknya.
“Mangga dipun dhahar, niki kupat ngemu surasa ngaku lepat, pramila cecek menawi dipun caosaken ing Ari Yadi Idul Fitri (Mari ayo dimakan, ini kupat mengandung makna mengakui kesalahan, jadi cocok jika dihidangkan di hari raya Idul Fitri),” tutur Kyai Semar kepada para tamu.
Setelah menyantap hidangan kupat dan lontong, para tamu kembali bersiap-siap untuk melanjutkan aktivitasnya kembali.
Ada yang berpamitan pulang, ada yang berpamitan kembali ke negaranya untuk melanjutkan pekerjaan.
Hal ini tak membuat Kyai Semar sedih, malah Kyai Semar mendukung hal ini, karena jika terus-terusan terlena dengan kondisi holiday maka semua akan berantakan.
Para punakawan juga sudah mulai mempersiapkan dirinya untuk mulai beraktivitas. Sebelum melangkahkan kakinya Petruk menembangkan bawa dari langgam Mehrahina laras Pelog Pathet 5
Hayo rowang hangayahi karti
Nora kendat pambanguning deso
Binudi murih becike
Supoyo tansah maju
Ngupokoro karang lan gitri
Guyup rukun tumandang
Asengkut gumregut
Temah dadiyo toto harjo
Handa yani
Murah sandang pangan yekti
Jro kutho deso-deso
(Ayo semua mulailah bekerja
Tidak putus untuk membangun desa
Untuk menjadi bagaimana baiknya
Supaya menjadi lebih maju
Bekerja membajak sawah dan mencari ikan
Semua guyub rukun bekerja menjadi satu
Semua pada giat dan ulet
Supaya Gemah ripah loh jinawi
Berilmu, berwawasan luas, berbudi pekerti baik
Rejeki Sandang Pangan lancar
Dari dalam kota ke desa-desa)
(Rejotangan 26 April 2023 – 21:35)
(To Be Continued)
Ikuti selengkapnya kisah The Punakawan Series di Rubrik Sosial Budaya: