SELAMA PANDEMI 67 JUTA ANAK DI SELURUH DUNIA TAK DIVAKSINASI

TURUNNYA KEPERCAYAAN PUBLIK PENYEBAB UTAMA VAKSIN TAK LAGI DIANGGAP PENTING

SIARINDOMEDIA.COM – Organisasi PBB untuk dana anak-anak, UNICEF, belum lama ini merilis laporan bahwa selama pandemi Covid-19, tak kurang dari 67 juta anak di seluruh dunia tak tervaksinasi, baik itu vaksin campak, polio maupun vaksin-vaksin lainnya. Yang mengejutkan, persepsi publik atas pentingnya vaksinasi bagi anak juga menurun di berbagai negara.

Menurunnya kepercayaan publik tersebut, sebagaimana dikutip ‘The State of the World’s Children 2023: For Every Child, Vaccination’ terjadi di 52 dan 55 negara. Bahkan terungkap persepsi akan pentingnya vaksinasi bagi anak-anak turun hingga lebih dari sepertiga di Republik Korea, Papua Nugini, Ghana, Senegal dan Jepang sejak awal pandemi.

Link Banner

Hanya China, India dan Meksiko yang yang persepsi publiknya mengalami peningkatan kepercayaan terhadap vaksin.

Laporan UNICEF ini juga memperingatkan tentang temuan beberapa faktor yang menunjukkan adanya  peningkatan keraguan terhadap vaksin. Faktor-faktor tersebut antara lain ketidakpastian respon pandemi, meningkatnya akses terhadap informasi yang menyesatkan, menurunnya kepercayaan terhadap ahli dan polarisasi politik.

“Pada puncak pandemi, para ilmuan bergerak cepat mengembangkan vaksin yang  menyelamatkan banyak nyawa. Namun terlepas dari pencapaian bersejarah itu, ketakutan dan disinformasi tentang semua jenis vaksin beredar luas seluas peredaran virus itu sendiri,” kata Catherine Russell, Direktur Eksekutif UNICEF.

Link Banner

“Data ini adalah sinyal peringatan yang mengkhawatirkan. Kita tidak bisa membiarkan kepercayaan pada imunisasi rutin menjadi korban lain dari pandemi. Jika tidak, gelombang kematian berikutnya bisa berupa lebih banyak anak yang terkena campak, difteri atau penyakit lain yang dapat dicegah,” imbuhnya.

Penurunan kepercayaan terhadap vaksin yang terus meningkat ini tentunya memiliki konsekuensi yang mengkhawatirkan.

Pada tahun 2022 jumlah kasus campak meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Kelumpuhan polio di kalangan anak-anak naik 16% dari tahun ke tahun pada tahun 2022.

Menurut UNICEF, keragu-raguan terhadap vaksin ini adalah yang terparah selama tiga dekade terakhir dan mencapai puncaknya saat pandemi Covid-19.


Pandemi telah mengganggu vaksinasi anak-anak di semua tempat, terutama karena tekanan berat pada sistem kesehatan, pengalihan sumber daya imunisasi ke vaksinasi Covid-19, kurangnya tenaga kesehatan serta kebijakan isolasi di rumah.

Laporan UNICEF mengungkapkan dari 67 juta anak yang melewatkan vaksinasi rutin antara 2019 dan 2021, 48 juta di antaranya tidak menerima satupun vaksin rutin, atau yang dikenal dengan “zero-dose”.

Pada akhir 2021, India dan Nigeria (keduanya negara dengan angka kelahiran yang sangat besar) memiliki jumlah anak dengan zero-dose terbesar, sementara Myanmar dan Filipina berkontribusi pada peningkatan jumlah zero-dose.

Mirisnya, anak-anak yang lahir tepat sebelum atau selama pandemi, saat ini telah melewati usia umum vaksinasi, dan menjadi sinyal perlunya tindakan cepat untuk mengejar ketertinggalan dan mencegah wabah penyakit mematikan.

Vaksin penting
CEGAH WABAH MEMATIKAN. Banyaknya misinformasi di media sosial terkait vaksin turut berperan menyebabkan turunnya kepercayaan publik terhadap pentingnya vaksinasi secara global. Foto: UNICEF

Karena itu UNICEF mendesak negara-negara untuk segera mengidentifikasi anak-anak yang melewatkan vaksinasi dan memprioritaskan pendanaan untuk layanan imunisasi.

“Imunisasi telah menyelamatkan jutaan nyawa dan melindungi masyarakat dari wabah penyakit mematikan,” ujar Catherine Russel.

“Kita tahu betul bahwa penyakit tidak mengenal batas. Imunisasi rutin dan sistem kesehatan yang kuat adalah cara terbaik kita untuk mencegah pandemi di masa depan, kematian dan penderitaan yang tidak perlu. Dengan sumber daya yang masih tersedia dari program vaksinasi Covid-19, sekarang waktunya untuk mengalihkan dana tersebut untuk memperkuat layanan imunisasi dan berinvestasi pada sistem yang berkelanjutan untuk setiap anak,” tandasnya.

Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *