SIARINDOMEDIA.COM – Prof. Dr. Gatut Susanto, M.M., M.Pd resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar di bidang Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Dia menekankan pentingnya Bahasa Indonesia sebagai jembatan komunikasi di tingkat internasional.
Dengan tema ‘Rekam Jejak Kebijakan Meningkatkan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Melalui Pengembangan BIPA’, Prof. Gatut menekankan pentingnya memahami rekam jejak dan sejarah bahasa, terutama dalam konteks Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA).
Prof. Gatut juga mengungkapkan bahwa melihat rekam jejak itu penting agar kita tidak ragu saat merencanakan langkah ke depan.

“Yang pertama begini kenapa kita perlu melihat rekam jejak, kenapa kita perlu melihat sejarah, itu supaya ketika kita melangkah merencanakan ke depan itu enggak ragu-ragu. Jadi pijakannya jelas,” ujar Prof. Gatut.
“Ternyata kalau kita belajar rekam jejaknya terutama bipa yang di luar negeri, bahasa misalnya di luar negeri sudah lama, sehingga ketika orang ngomong bahasa Melayu, enggak, kita tidak akan goyang sekali. Bahasa Melayu berbeda dengan bahasa Indonesia Jadi kita tetap kokoh memperjuangkan bahasa Indonesia dengan bahasa internasional,” lanjutnya.
Tantangan dan Peluang Bahasa Indonesia di Kancah Global
Selain itu, dijelaskan juga bahwa tantangan utama dalam penggunaan Bahasa Indonesia adalah kurangnya kebanggaan kita terhadap bahasa sendiri, terutama di kalangan akademisi yang lebih sering diwajibkan menulis jurnal ilmiah dalam bahasa Inggris. Dia menyatakan bahwa DIKTI perlu mengubah paradigma ini dengan mendorong penggunaan Bahasa Indonesia.
Prof. Gatut juga menjelaskan bahwa bahasa internasional umumnya ditentukan oleh beberapa ketentuan, termasuk jumlah penutur yang banyak dan penggunaannya dalam berbagai konteks. Saat ini, Bahasa Indonesia diajarkan di 54 negara dan digunakan sebagai bahasa percakapan dalam kehidupan sehari-hari.
“Bahasa internasional saja jumlah penutur nya banyak, bahasa itu digunakan dalam ragam tulis iya, bahasa itu digunakan lintas nasional artinya digunakan di beberapa negara sebagai bahasa kedua atau bahasa seni Iya, terus kemudian bahasa Indonesia itu menjadi bahasa ilmu Iya,” tuturnya.
“Karena faktanya jumlah penuturnya banyak, kemudian dari sebaran penggunanya banyak, hanya sekarang bahasa indonesia sudah diajarkan di 54 negara kalau kita lihat dari tahun-tahunnya dulu ya, tidak hanya lembaga formal bahasa Indonesia itu juga sudah digunakan sebagai bahasa percakapan sehari-hari,” lanjutnya.