SIARINDOMEDIA.COM – Tidak berhenti menyumbangkan prestasi. Kali ini Komunistas Humanic Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang berhasil membawa pulang juara 2 lomba film pendek ‘Selebrasi Krida bagi Aktivis Sekolah dan Kampus Penggerak Literasi’ yang diadakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang berkolaborasi dengan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur. Tema yang diusung adalah ‘Pengutamaan Bahasa Daerah dan Perlindungan Bahasa Daerah’, Senin (21/10/2024).
Lomba ini diikuti komunitas film/cinema dari berbagai kampus se-Jawa Timur, seperti Universitas Brawijaya, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Universitas Negeri Surabaya, UIN Sunan Ampel Surabaya, Universitas Kristen Petra.
Nur Iswahyudi, mahasiswa UIN Malang jurusan Bahasa dan Sastra Arab yang kini menempuh semester 7, juga selaku ketua Komunitas Humanic, menyampaikan rasa senang dan syukur atas pencapaian yang diperoleh.
“Kami tentunya bahagia dengan adanya apresiasi dari Balai Bahasa. Ini juga membuat semangat kami berapi-api. Sehingga semakin bersemangat untuk terus konsisten kedepannya. Kami juga berterima kasih kepada Bapak Mahrus Ali, M.Sn yang tak pernah berhenti membimbing dalam berkarya,” ujar Nur Iswahyudi.
“Meskipun proses pembuatan karya ini hanya berangkat dari kelas maupun komunitas, ini menjadi titik awal baru bagi kami,” tambahnya.
Film pendek yang diikutsertakan dalam lomba tersebut berjudul NGRESULA dengan durasi 07:57. Film pendek ini sendiri sekilas bercerita tentang seorang mahasiswi bernama Fitri yang selain berkuliah, dia juga menjalani hari-harinya sebagai pedagang. Dia berjualan untuk memenuhi kebutuhan selama kuliahnya.
Fitri menajajakan dagangannya di kantin kampus, toko kelontong, dan di jalanan. Selama berjualan itu, dia kerap kali mendapatkan kendala. Seperti dagangan sepi, ditolak partner jualan, sampai menghadapi musibah.
Dia kemudian menjalani hari-harinya dengan mengeluh dan nelangsa. Keadaan keluarga juga memberi pengaruh besar atas keputusan yang ia ambil untuk berjualan.
Kendala yang dialami selama proses produksi juga bermacam-macam. Seperti dimarahi tetangga, dan bahkan kehilangan alat shooting.
“Dalam proses produksinya, kami benar-benar diuji kesabarannya. Seperti ketika kehilangan microphone saat take adegan. Waktu itu juga hujan,” imbuhnya.
“Tak hanya itu, kami juga sampai dimarahi tetangga karena ribut. Bagaimana tidak, kami benar-benar all out dalam setiap take adegannya. Jadi, mungkin gara-gara itu tetangga merasa terganggu,” Fitri menceritakan proses pembuatan film pendek tersebut.
“Walaupun film ini sendiri diproduksi hanya memakan waktu satu hari, tapi dikerjakan dengan penuh tanggung jawab dan kerja keras,” pungkasnya. (Lalu Ahmad Albani Atsauri)