SIARINDOMEDIA.COM – Abdul Ghifari Pratama Amboy, seorang mahasiswa UIN Malang jurusan Bahasa dan Sastra Arab yang percaya akan mimpi-mimpi besar, termasuk keinginannya untuk berkuliah di luar negeri. Dengan mengikuti program I-SMASH (International Student Mobility and Sharing) yang diadakan fakultasnya, membuatnya bisa merasakan pengalaman belajar hingga ke negeri gajah putih, Thailand, Jumat (2/8/2024).
Program I-SMASH sendiri semcacam program pertukaran pelajar, yang di mana kerja sama ini memberikan ruang bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman belajar di luar negeri.
Kerja sama program ini melibatkan beberapa perguruan tinggi dan instansi seperti Fatoni University, Prince of Songkia University, Yayasan Al-Hidayah Waqaf Foundation for Education and Social Development, Pattana Yala dan KBRI Thailand.

Program ini berlangsung dari tanggal 27 Juli sampai 24 Agustus 2024. Gifari mengungkapkan, pelaksanaannya juga bertepatan dengan waktu PKL bagi mahasiswa semester 6. Ini juga memberikan pengalaman untuk praktik mengajar di salah satu sekolah di sana.
“Ada 10 mahasiswa yang ikut, 3 laki-laki dan 7 perempuan. Masing-masing 6 jurusan BSA dan 4 jurusan Sastra Inggris,” ujarnya.
[simpleblogcard url=”https://siarindomedia.com/2024/01/23/mahasiswa-kkm-internasional-staima-al-hikam-dan-uin-malang-semarakkan-hari-anak-nasional-di-thailand/”]
Ini juga menjadi pengalaman baru bagi dirinya. Tentu perbedaan lingkungan dan kondisi membuatnya banyak beradaptasi dan belajar. Termasuk mengatur keuangan dan biaya hidup di sana.
“Biaya hidup sebagian besar ditanggung oleh fakultas. Seperti tiket PP, makan dan lain sebagainya. Kalau ingin menambah pengeluaran untuk keperluan pribadi itu ditanggung sendiri-sendiri,” imbuhnya.

Gifari juga membeberkan perbedaan yang sangat dia rasakan selama di Thailand. Salah satunya dari sistem dan fasilitas pembelajaran yang dia temukan.
“Ketika pertama kali datang pun aku merasa banyak hal yang berbeda dan menambah wawasan. Contoh sederhananya di sini komunikasi hampir 100 persen menggunakan bahasa inggris atau bahasa arab, sedikit yang berbicara Bahasa Indonesia,” ungkapnya.

Dia menambahkan, fasilitas yang didapat dalam proses pembelajaran juga sangat memadain dan memberikan kenyaman bagi siswa untuk belajar. Salah satunya di TK tempatnya mengajar.
Di dalam kelas disediakan berbagai fasilitas seperti AC untuk menunjang kenyamana belajar, kantin, dan berbagai fasilitas lainnya yang di mana itu semua tidak kita jumpai di kebanyakan sekolah TK di Indonesia.
“Pembelajaran dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore, untuk anak TK. Kalau di Indonesia itu harusnya sudah bosan banget, bahkan bisa stres. Tapi dengan berbagai tunjangan fasilitas tadi dan kesejahteraan diterapkan di lingkungan pendidikan, jadi sampe jam 4 pun tidak ada yang bosan. Ada juga yang sampai sulit diajak pulang karena masih betah main di sekolah,” pungkasnya. (Lalu Ahmad Albani Atsauri)
terima kasih bro semoga bermanfaat