SIARINDOMEDIA.COM – Yoyo, mainan berbentuk cakram yang dihubungkan dengan tali, telah memikat manusia selama berabad-abad. Sejarahnya yang panjang dan mencerminkan kekayaan evolusi budaya, tradisi kuno dan teknologi, menjadikan mainan yoyo sebagai hobi yang tak lekang oleh waktu.
Asal usul yoyo sangat panjang. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa mainan serupa telah ada di Yunani Kuno, Mesir, Filipina hingga Cina sejak 500 SM.
Kata “Yo-yo” dalam bahasa Filipina artinya adalah “kembali dan datang,” mencerminkan gerakan khas yoyo yang naik dan turun ketika dimainkan.
Yoyo mengalami popularitasnya di Eropa pada abad ke-18, dan kenal dengan berbagai nama, seperti “whirligig” dan “pop yoyos”.
Pada awal abad ke-20, yoyo diproduksi secara massal di Amerika Serikat, memicu kegemaran yang meluas di seluruh dunia.
Kepopuleran yoyo mengalami pasang surut selama bertahun-tahun. Pada tahun 1960-an, desain baru dan teknik bermain yang inovatif memicu kebangkitan minat, melahirkan era baru kompetisi dan komunitas yoyo.
Saat ini, yoyo dinikmati oleh orang-orang dari segala usia di seluruh dunia.
Di Indonesia, mainan yoyo telah menjadi bagian dari hobi anak-anak selama berabad-abad. Yoyo sering dimainkan sebagai bagian dari tradisi dan festival.
Hobi yoyo menawarkan banyak manfaat untuk anak-anak. Selain menyenangkan dan menghibur, yoyo juga dapat meningkatkan koordinasi tangan-mata, ketangkasan, dan fokus mereka.
Bermain yoyo juga dapat menjadi cara yang bagus untuk anak-anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman sebaya.