SIARINDOMEDIA.COM – Budaya konsumtif telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Namun, di balik kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan, tersembunyi dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan. Krisis iklim.
Budaya konsumtif yang berlebihan, yang sering kali didorong tren dan keinginan untuk memiliki lebih, menyebabkan peningkatan produksi barang.
Hal ini tidak hanya menghabiskan sumber daya alam secara berlebihan, tetapi juga meningkatkan emisi karbon yang berkontribusi pada pemanasan global. Karena itu, perilaku konsumtif harus dikendalikan untuk menangani bencana iklim.
Contoh kasus budaya konsumtif yang berlebihan seringkali terlihat pada pembelian pakaian terus-menerus. Banyak orang yang membeli pakaian baru setiap sebulan sekali, padahal pakaian lamanya masih bagus.
Perilaku konsumtif seperti ini menyumbang sekitar 3% dari produksi emisi CO2 global, karena pabrik tekstil harus terus beroperasi untuk membuat lebih banyak pakaian baru lagi.
Lebih lanjut, 95% pakaian yang dibuang karena sudah ‘old fashion’ sebenarnya masih dapat digunakan kembali, namun malah menjadi limbah. Ini menunjukkan betapa besar pengaruh gaya hidup konsumtif terhadap kerusakan lingkungan.

Perubahan budaya konsumtif menjadi lebih mendesak untuk melawan krisis iklim. Kita perlu menyadari bahwa setiap pilihan konsumsi kita memiliki konsekuensi.
Dengan mengurangi konsumsi yang tidak perlu dan memilih produk yang lebih ramah lingkungan, kita dapat memberikan kontribusi positif terhadap planet ini.
Mari kita mulai dari hal-hal kecil, seperti memperbaiki pakaian atau barang yang rusak daripada membeli yang baru. Langkah-langkah kecil ini, jika dilakukan banyak orang, dapat membawa perubahan besar dalam upaya kita melawan krisis iklim.