INAYAH WAHID PADA GUSDURIAN KOTA BATU: PR BESAR KITA SEKARANG ADALAH LITERASI POLITIK

SIARINDOMEDIA.COM – Putri bungsu KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Inayah Wulandari Wahid (Ning Inayah) menilai bahwa pekerjaan rumah (PR) besar Gusdurian sekarang adalah tentang memperbaiki literasi politik di Indonesia.

Penyataan tersebut disampaikan dalam agenda haul ke-14 Gus Dur yang digagas Gusdurian Kota Batu di Balai Desa Junrejo, Gedung Kawilujengan Karaharjan, Kota Batu, Sabtu (17/2/2024).

“Hari ini kita sadar bahwa PR kita ternyata lebih besar terutama sebagai seorang Gusdurian. Lebih besar dari yang kita duga sebelumnya, yaitu literasi politik” kata Ning Inayah dalam orasinya.

“Hari ini kita sadar betapa jauhnya kita dari kelompok-kelompok masyarakat,” imbuhnya.

BUDAYA BERPOLITIK. Inayah Wahid (kerudung hitam) diarak oleh masyarakat saat menghadiri haul Gus Dur ke-14 di Balai Desa Junrejo, Gedung Kawilujengan Karaharjan, Sabtu (17/2/2024). Foto: Izzuddin

Lebih lanjut, aktivis kebudayaan tersebut menekankan pentingnya literasi politik sebagai pondasi bagi pembangunan masyarakat yang berbudaya politik tinggi. Mengingat semakin kompleksnya dinamika politik dan tuntutan zaman, sehingga penting bagi setiap individu untuk memahami peran dan dampak dari setiap keputusan politik yang diambil.

“Hari ini kalau kita mau belajar, maka kita Gusdurian akan bisa membawa nilai-nilai demokrasi,” ucapnya.

Menurut hemat perempuan berusia 41 tahun tersebut, Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 merupakan gambaran bagaimana posisi masyarakat Indonesia dalam berpolitik.

“Buat saya, Pemilu hari ini bukan menandakan kemunduran demokrasi kita. Tetapi Pemilu hari ini menandai di mana sebenarnya masyarakat Indonesia berada dalam konteks demokrasi,” ungkap Ning Inayah.

Selain itu, alumni Universitas Indonesia tersebut juga mengurai dan mengajak para Gusdurian untuk berefleksi bagaimana langkah Gus Dur dalam berpolitik.

Dengan gaya khas Sang Ayah, Ning Inayah mampu menyampaikan pemikiran-pemikiran Gus Dur dengan humor tanpa menanggalkan nilai-nilainya.

“Hari ini kita merayakan warisannya Gus Dur. Warisan yang mana? Hari apa sih artinya Indonesia Rumah Bersama itu artinya apa?” urai Ning Inayah.

“Hari ini kita nggak bisa membawa nilai-nilai demokrasinya Gus Dur. Ngomongin Gus Dur. Gus Durnya itu lo wes gak ono (meninggal),” sambungnya.

NILAI DEMIKRASI ALA GUS DUR. Ning Inayah (tebgah) saat menari bersama para seniman dan tokoh masyarakat Kota Batu. Foto: Izzuddin

Bagi Ning Inayah, menerapkan nilai-nilai demokrasi dengan membawa nama Gus Dur secara mentah-mentah itu akan sulit diterima. Apalagi kepada orang yang tidak akrab dengan pemikiran presiden ke-4 RI tersebut.

“Kita tidak bisa membawa orang yang sudah meninggal ujug-ujug kepada orang yang masih hidup dan mengharap mereka langsung kenal, langsung dekat dengan tokoh yang sudah ndak ada tersebut,” tegas adik Alisa Wahid tersebut.

“Maka dari itu kita harus membangun literasi politik. Dan itu yang selama ini dilakukan oleh Gus Dur,” tutupnya.

Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *