SIARINDOMEDIA.COM – Ilmu spiritual atau kebatinan Jawa sering menjadi berita miring di kalangan masyarakat. Apalagi dogma dan stigma yang melekat terkait ilmu kejawen selalu dihubungkan dengan hal makhluk halus.
Sebuah Rumah bernuansa Jawa, dan terdapat lukisan Bathari Sri diruang tamunya adalah tempat budayawan muda bernama Teguh Irwanto mengembangkan sayap.
Budayawan muda berusia 29 tahunan ini dengan getol memberikan pendidikan tentang adat istiadat, budaya dan kesenian kepada kawula muda.
Menurutnya Pendidikan Kebudayaan tidak bisa dianggap remeh. Karena peradaban suatu bangsa dinilai dari kebudayaannya.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang juga bisa menghargai nilai-nilai luhur leluhurnya,” ucap Irwan ketika ditemui di kediamannya, Kamis (2/3/2023).
Irwan mengatakan, saat ini pendidikan mengenai kebudayaan tergolong miris, pasalnya banyak anak muda yang menganggap bahwa pendidikan kebudayaan adalah hal yang kuno dan menyeramkan.
Dari sinilah dia memberanikan tekad membuka sekolah budaya. Di sekolah budaya yang berlokasi di rumahnya Jl Selorejo Kec Blimbing Kota Malang ini, Irwan berusaha memberi edukasi dan memahamkan kepada kawula muda agar jangan sampai adab kebudayaan leluhur menjadi hilang.
Irwan bahkan tak pernah membebankan peserta didiknya untuk membayar dengan uang alias gratis. Dia juga sering berpesan bahwa ilmu apa pun harus dipelajari dan diajarkan dengan ikhlas, agar bermanfaat dan berfaedah.
“Semua ilmu kalau kita lakoni (dilakukan) dengan ikhlas akan menghasilkan sesuatu yang baik dan bermanfaat,” imbuhnya.
Uniknya setiap Malam Jumat Legi dan Kliwon dia mengajarkan anak-anaknya tentang adab dan tingkah laku Jawa melalui Kidung atau tetembangan.
“Kidung tembang adalah ajaran sastra leluhur yang isinya tentang nilai-nilai ajaran yang elok,” jelasnya.
Irwan juga juga sedih jika melihat situasi sekarang, seakan-akan banyak yang menghubungkan budaya dengan stigma negatif.
“Ada kesalahpahaman presepsi tentang kebudayaan, hal ini timbul karena banyak film-film yang menampilkan hal negatif tentang kebudayaan, namun sebenarnya tidak,” kata pria yang juga cicit dari Sunan Kudus ini.
Menurutnya dalam kebudayaan Jawa itu tidak ada ajaran untuk menyekutukan Tuhan dengan meminta kepada selain Tuhan,yang ada malah harus menghormati sesama makhluk ciptaan Tuhan dan menjaga etika sopan santun kepada orang yang lebih tua.
“Sekarang ini banyak anak-anak Milenial yang sedikit ‘kodo’ kepada orang tua. Mereka kurang bisa menjaga sopan santun baik dalam perkataan dan tingkah laku,” ucapnya.
Dia mencontohkan, ketika ada orang tua yang duduk duduk dibawah seharusnya kita sebagai yang lebih muda harus ‘nuwun sewu’ dengan membungkukkan badan. Hal ini dimaksudkan untuk menghormati dan beretika kepada yang lebih tua.
Pada era sekarang memahamkan kembali ajaran ajaran leluhur yang berhubungan dengan kebudayaan dan tingkah laku harus ekstra sabar dan terus menerus disuarakan agar generasi muda tidak meninggalkan ajaran ajaran budi leluhur yang baik karena itu merupakan cerminan dari jati diri Bangsa Indonesia ini.
“Saya berpesan kepada generasi muda, jangan kau lupakan ajaran leluhur kita, karena disitu banyak budi pekerti yang harus kita serap dan kita amalkan,” ujar pria yang juga seorang fotografer ini.
Dalam masa pandemi ini dia tetap berkiprah di bidang spiritual, dengan cara mengadakan berbagai selamatan untuk mendoakan bumi khususnya Bumi Malang ini.
Irwan tetap optimis dengan adanya pendidikan kebudayaan yang terjalin kuat, generasi muda tidak akan kehilangan jati dirinya sebagai orang yang hebat.