SIARINDOMEDIA.COM – Ada ritual khusus dilakukan calon wali Kota Malang Moch Anton jelang coblosan, Rabu pagi (27/11/2024). Dia sungkem kepada ibu mertuanya, Hj Riati sebelum berangkat ke TPS 02 di dekat rumahnya di Tlogomas. Ini dalam upaya menguatkan mental dan mempersiapkan diri untuk menjadi wali kota.
”Seperti biasa saya selalu minta doa kepada orang tua.. Bahkan saya sampai dilangkahi tujuh kali,” tandas Moch Anton sesaat sebelum menuju TPS.
Anton menyatakan rasa terima kasih kepada Masyarakat dan simpatisan yang selama tiga bulan telah memberi semangat kepada dirinya. Selama tiga bulan telah kerja keras menyapa Masyarakat dari kampung ke kampung untuk menyerap aspirasi Masyarakat.
Inilah yang membuat Anton begitu semangat untuk bisa menjadi bagian yang membantu keluhan Masyarakat.
“Makanya hari ini sangat menentukan bagi warga Kota Malang untuk lima tahun ke depan dengan memiliki pemimpin yang baik,” tandas Anton.
Dalam pilwali kali ini, Anton begitu percaya diri. Keyakinan ini diungkapkannya usai pencoblosan, jika dia bisa memenangkan Pilwalkot Malang 2024 seperti saat 2013. Saat itu dia yang berpasangan dengan Sutiaji menang dengan meraih 179.675 suara atau 47,32 persen.
Pasangan Anton-Sutiaji mengalahkan Sri Rahayu-Priyatmoko Utomo (22,25%) dan Heri Pudji Utami-Sofyan Edy Jarwoko (18,17%).
Pada saat itu, ada enam pasangan calon yang berada di kontestasi Pilwalkot Malang 2013.
Menariknya, Abah Anton sebagai debutan berhasil memenangkannya dan memimpin Kota Malang hingga 2018.
Lantas, bagaimana dengan sekarang?
Abah Anton yakin bahwa dirinya bersama Dimyati Ayatulloh (ABADI) akan dipilih mayoritas masyarakat Kota Malang.
Kandidat nomor urut 3 ini pun membeberkan perbedaannya antara 2013 dengan 2024.
Pertama, persaingan pada 2013 lebih berat daripada 2024.
“Saat itu, kami bersama Sutiaji masih baru. Sedangkan, ada Bu Peni (panggilan untuk Heri Pudji Utami) yang didukung suaminya, Pak Peni Suparto. Lalu, ada Bu Rahayu yang didukung partai besar (PDIP),” ungkap Anton.
“Pada 2013 ada enam calon, sekarang tiga calon. Jadi, sekarang lebih bisa dihadapi daripada dulu,” imbuh Anton.
Kedua, pengalaman yang berbeda antara 2013 dengan 2024.
Pada 2013 menjadi acuan dan pembelajaran. Mekanisme sekarang—konsolidasi lebih kuat bersama tim pemenangan,” jelas Anton.
Figur 58 tahun ini kemudian mengatakan bahwa satu-satunya yang memberatkan persaingan di Pilkada 2024 adalah money politics.
“Benturan di atas lapangan sekarang memang lebih kuat dengan adanya kampanye hitam seperti politik uang dan sebagainya. Tetapi, kami biarkan saja. Kami ikhlas,” ujarnya.(ABM/Siarindomedia)