TINJAUAN PSIKOLOG, TERNYATA INI PENYEBAB BANYAK ORANG BUNUH DIRI

SIARINDOMEDIA.COM – Maraknya kasus bunuh diri belakangan ini disoroti oleh akademisi dari Universitas Negeri Malang (UM). Psikolog sosial dari UM melihat fenomena mudahnya orang mengakhiri hidup, lantaran ketidak mampuan memecahkan krisis eksistensial.

Dr Ika Andrini Farida SPsi MPsi menguraikan, maraknya kasus bunuh diri selain akibat didera berbagai problem, juga terjadi karena banyak individu tidak mampu memecahkan existential crisis (krisis eksistensial).

Link Banner

“Krisis eksistensi ini menyangkut pertanyaan yaitu siapa sebenarnya diri kita, dari mana dan akan kemana,” ungkap Ika Andrini, Jumat (2/6/2023).

“(Krisis eksistensial itu) ketika kita belum mampu mengenal siapa hakikat diri kita sebenarnya dan berpikir bahwa diri kita adalah tubuh dan pikiran yang kita miliki,” ujarnya.

“Maka kita cenderung merasa sendiri dan terpisah dari orang lain dan semua yang ada di sekitar kita, merasa kesepian, merasa hampa, merasa tidak berarti, dan merasa semua hal yang dimiliki dan pengalaman yang dialami tidak ada maknanya,” imbuhnya.

Link Banner

Oleh karena itu seorang guru spiritual dari aliran nondualis bernama Rupert Spira menyebut diri manusia sebagai “separate self” artinya diri yang terpisah.

Istilah ini memperjelas adanya krisis eksistensial yang terjadi pada manusia.

“Sebenarnya semua orang mengalami krisis eksistensial ini,” tutur Ika Andrini.

Pasti pada satu waktu tertentu, lanjutnya, setiap orang mengalami kegelisahan atau merasakan kekosongan, kesepian dan cara orang menghadapinya berbeda-beda.

Ada orang yang menghadapi dengan cara yang konstruktif yaitu dengan cara mencari ilmu dan pemahaman.

Namun banyak juga yang menghadapinya dengan cara destruktif seperti ketergantungan atau adiksi terhadap berbagai hal, seperti adiksi narkoba, adiksi game, adiksi sosial media, dan lain sebagainya. Semua cara destruktif ini dilakukan untuk mengalihkan perhatiannya dari perasaan kosong, hampa dan kesepian tadi.

Dr Ika Andrini
CARA KONSTRUKTIF DAN DESTRUKTIF HADAPI MASALAH. Dr Ika Andiri (kiri), Psikolog sosial Universitas Negeri Malang (UM). Foto: Ist/Dok Pri

Jika perasaan terpisah, kosong dan kesepian ini sangat kuat dirasakan oleh seseorang dan dia tidak menemukan orang lain yang membantunya memahami apa yang terjadi pada dirinya, maka hal itu bisa berakibat fatal.

“Pada satu titik dia akan mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya,” pungkasnya.

Author

  • Dedik Achmad

    Kuli tinta yang gemar rebahan sekaligus doyan makan. Namun terobsesi pengen jadi manusia yang manfaat dunia akherat.

    Lihat semua pos

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *