UNDANG DUTCH ARTIST FILM MAKER, BEDAH FILM FIB UB DIPENUHI MAHASISWA

SIARINDOMEDIA.COM – Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB UB) menggelar Public Lecture and Movie Screening bersama Wendelien Van Oldenborgh. Wendelien Van Oldenborgh adalah Dutch Artist, Film Maker. Acara ini berlangsung di Hall lantai 7 gedung A FIB UB pada Hari Selasa, 20 Februari 2024.

Kali ini film yang di bedah berjudul ‘Of-girl’ yang difilmkan di Tokyo dan Yokohama. Dari penulis populer Hayashi Fumiko dan Miyamoto Yuriko tahun 1920, film ini mengangkat isu marginal pada shomin (rakyat jelata).

Dengan terang-terangan film ini bercerita mengenai kekerasan seksual dan menunjukkan rasa solidaritas terhadap kaum perempuan. Kepopuleran terus membuatnya meroket karena isu yang dibawa, hingga dia dikirim militer Jepang dan surat kabar ke wilayah pendudukan Jepang termasuk Indonesia.

Link Banner

Pengiriman ke wilayah tersebut bukan tanpa alasan, melainkan sebagai reporter serta propagandis dan jurnalis perempuan pertama di Jepang.

Mahasiswa di Public Lecture and Movie Maker
ANTUSIAS. Para mahasiswa peserta Public Lecture and Movie Screening di Hall lantai 7 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya. Foto: Ayu Setia Ningsih

Film ‘Of-girl’ ini merupakan film eksperimental dokumenter. Dengan menggunakan metode sinematik dalam pengambilan video, menjadi ciri khas tersendiri terhadap Wendelien. Tidak hanya itu, soundtrack yang dipakai juga sesuai dengan suasana sinematik pada film. Tentunya butuh proses panjang dalam membuat film ini.

“I think a long period of first research, and then slowly coming to the idea, and then organizing finding people to talk to, invited people to come in, and setting of the shoot,” jelas Wendelien.

Dengan kata lain, untuk pembuatan ‘Off-girl’, Wendelin musti melakukan riset panjang, memantapkan ide dan kemudian mewawancarai banyak orang. Baru kemudian melakukan pengambilan gambar.

Bedah film di FIB UB
NARASUMBER PUBLIC LECTURE AND MOVIE SCREENING. Wendelien Van Oldenborgh (tengah) bersama dosen, staf dan mahasiswa FIB UB. Foto: Ayu Setia Ningsih

Da melanjutkan bahwa tantangan dalam membuat film ini utamanya bahasa, karena bahasa asli dari naskah adalah Bahasa Jepang maka perlu waktu untuk mengolahnya. Selain itu, juga perlu banyak penyesuaian terkait feeling dan pengambilan video pada proses pembuatannya.

Follow Berita & Artikel Siarindo Media di Google News

Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *