SIARINDOMEDIA.COM – Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng khususnya Fakultas Agama Islam (FAI) merupakan salah satu yang perguruan tinggi yang juga telah menerapkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sejak 2020. MBKM memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk merdeka belajar di luar prodinya dengan 20 SKS.
Oleh sebab itu, STAI Ma’had Aly Al-Hikam Malang berkesempatan melakukan studi banding yang kedua di Universitas Hasyim Asy’ari, Tebuireng, Jombang, Senin (29/5/2023).
Studi banding ini dihadiri Dr. Mochamad Nurcholiq, M.Pd. selaku Ketua STAIMA, Laily Abida, M.Psi. Psikolog, selaku Waka I, Misbahul Munir, M.Pd.I. selaku BAAK, seluruh Kaprodi beserta jajaran pejabat struktural bidang akademik STAIMA Al-Hikam Malang.
Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka “Peningkatan Dan Pengeloalaan Kelembagaan dan Penguatan Program Studi”.
Ketua STAIMA, Dr. Mochamad Nurcholiq, M.Pd. menyampaikan niatnya untuk dapat belajar tentang pengelolaan kekaprodian dan lembaga yang berafiliasi ke NU-an.
“Kami berterima kasih telah menerima kami dan membalas surat kunjungan pada hari ini. Kami jauh datang dari Malang ingin belajar tentang pengelolaan kekaprodian serta pengajarannya yang memang sama-sama pesantren berafiliasi ke NU-an, lalu menggali sebanyak mungkin ilmu dalam tujuan penguatan pengelolaan lembaga,” jelasnya.
Nurcholiq juga menyampaikan terkait pengelolahan akademik, STAIMA masih perlu belajar banyak dari UNHASY.
“Dalam hal pembiayaan, kami sudah mengelola pembayaran melalui Virtual Account (VA) namun dalam optimalisasi pengelolaan akademik dan mempersiapkan untuk akreditasi, kami perlu mempersiapkan dengan baik. Tentang MBKM kami masih menelaah pedoman tentang Penerapan dan implementasi MBKM,” pungkas pria asal Blitar tersebut.
Sementara itu, Dr. Jasminto, M.Pd.I. selaku Dekan FAI UNHASY dalam sambutannya mengatakan bahwa baik STAIMA maupun UNHASY memiliki ideologi dan ruh yang sama.
“UNHASY Lahir pada tahun 1967 Ideology dan ruhnya kita sama. STAIMA dengan KH. Hasyim Muzadi UNHASY dengan KH. Hasyim As’ari. Kami mengembangkan studi Islam dengan menggabungkan khazanah ke-islaman dengan ilmu modern,” terang Jasminto.
“Penguasaan sumber-sumber tradisional Islam perlu karakter yang kuat dalam memilah sains modern dengan kelebihan keburukan dan bahaya nya, semangat bekerja dan iklim ilmiah. Kurikulum perlu berpatokan pada retorika serta sumber tradisional, karakter ilmuwan, ilmu bantu dan tak kalah penting iklim ilmiah. Karakter santri namun berfikiran ilmuan. Kalau tidak bisa the best maka perlu the first,” imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama Dr. Fathur Rohman, M.Pd.I. selaku wakil dekan FAI UNHASY juga menyampaikan pentingnya linieritas dosen dan penyebaran mata kuliah prodi dan sekolah tinggi.
“Kami dalam MBKM menggukan metode Free Form. Menandai kekaprodian, penyebaran mata kuliah harus merata minimal 20 sks, kurang tidak boleh, lebih boleh. Jadi nanti mahasiswa sangat merdeka belajar. Mata kuliah tetap, pelaporan Diklat Kader Dasar akan menjadi lebih mudah. Dosen kepakaran bahwa jika tidak linier tidak boleh mengajar pada mata kuliah diluar linieritas keilmuannya,” jelas Fathur Rohman.
“Kurikulum dan penempatan mata kuliah perlu berpatokan pada ciri khas pesantren. Pengelolaan jurnal universitas dan jurnal mahasiswa perlu menjadi perhatian khusus bagi lembaga,” tegasnya.
Kedua pejabat struktural FAI UNHASY tersebut, Jasminto, M.Pd.I. dan Dr. Fathur Rohman, M.Pd.I. sama-sama mengucapkan terimakasih pada pihak STAIMA atas kunjungan dan kesempatannya untuk bisa sharing ilmu baik terkait keilmuan atau silaturrahmi ideologi, terutama mengenai pengelolahan akademik dan MBKM yang disampaikan pada sesi wawancara.
Dalam kesempatan yang sama, Laily Abida, M.Psi. menyampaikan bahwa kegiatan bersama dengan UNHASY diharapkan menjadi langkah awal STAIMA dapat bersinergi lebih luas khususnya bersama dengan lembaga pendidikan Islam yang bernaung di bawah pesantren.
“Kesamaan karakter yang dimiliki oleh UNHASY dan STAIMA merupakan peluang bagi kedua belah pihak untuk mampu berbagi keilmuan baik ilmu agama maupun non-agama,” ucap Abida dalam sesi wawancara setelah acara telah usai
“Civitas akademika serta Luaran dari STAIMA akan banyak memperoleh pengalaman bagaimana meneruskan dakwah keislaman sesuai dengan keilmuan masing-masing. STAIMA perlu lebih giat dan lebih luwes dalam rangka mengejar keinginan menjadi Universitas. Etos kerja serta semangat kepesantrenan harus dipegang teguh,” tandasnya.
Agar saling menguatkan antar lembaga, dalam acara tersebut juga dilaksanakan sesi penandatanganan Memorandum Of Understanding (MoU) yang ditandatangani langsung oleh Dr. Jasminto, M.Pd.I. dan Dr. Mochamad Nurcholiq, M.Pd. dalam lingkup Institusi. Dan juga penandatangan MoU yang khusus bagi prodi PAI, MPI, dan PGMI.
Kegiatan ditutup dengan bacaan do’a oleh ketua STAIMA, Dr. Mochamad Nurcholiq, M.Pd dan dilanjutkan sesi foto bersama dengan para audiens.