MENGENANG SEJARAH BERDIRINYA YAYASAN BABUSSALAM “NYAI AGENG PINATIH” DARI PENUTURAN PENGASUHNYA

SIARINDOMEDIA.COM – Yayasan Babussalam Tlogomas “Nyai Ageng Pinatih” memiliki sejarah yang amat dalam, baik dari aspek pendirian hingga penamaan yayasan tersebut. Reporter Siarindo Media mendengarkan cerita sejarah penamaan dan pendirian Yayasan Babussalam “Nyai Ageng Pinatih” dari tuturan langsung pengasuhnya.

Ketika pengasuh berusia 49 tahun tersebut bertutur, kalimat yang pertama kali keluar dalam ucapannya adalah dr. Suprapto Syamsi. Pria yang Kamil sebut adalah orang yang mewakafkan rumahnya pada tahun 2007 kepada Kamil.

Namun Suprapto berpesan kepada Kamil agar rumah wakaf tersebut tidak perlu dipindah nama atau di bawah ke notaris. Suprapto hanya berpesan kepada Kamil agar bisa menjaga dan menggunakan rumah pemberiannya tersebut untuk kepentingan umat. Dan pria asal Surabaya tersebut hanya ingin imbalan kiriman al-Fatihah untuk keluarganya jika suatu saat sudah wafat.

“Jadi Pak Suprapto berpesan, bahwa 5 rumah yang dititipkan pada saya agar bisa digunakan untuk meringankan anak-anak sekolah yang butuh tempat tinggal atau Ibnu Sabil,” papar Kamil.

“Di sini (Babussalam) memang dikhususkan untuk anak putri yang duduk di bangku Tsanawiyah dan Aliyah karena gratis. Sementara untuk anak laki-laki, kita tempatkan di asrama Sunan Giri.” lanjut putra Kiai Abdul Majid tersebut.

“Adapun yang perguruan tinggi, itu mahasiswa yang dapat beasiswa dari bidik misi,” imbuhnya.

Lebih jauh lagi, Kamil menjelaskan alasan di balik niat Suprapto menitipkan 5 rumah tersebut kepadanya.

Dia meneceritakan bahwa jauh sebelum itu, Sri Sulastri istri dari Suprapto mengidap penyakit kanker usus. Suprapto menganggap bahwa harta sebanyak itu tetap tidak akan bisa membantu dan memberi lebih keberlanjutan hidup sang istri dan pada akhirnya dia menitipkan kepada keluarga besar Kamil.

“Percuma aku duwe omah akeh tetap saja ndak bisa menyelamatkan nyawa istriku. Terus nek ngunu opo seng tak gawe sangu?” ujar Kamil menirukan perkataan Suprapto.

“Wes, Mas. Omah iki Sampean enggoni sampek kiamat, ojok dibalekno, ojok didol. Cukup Sampean kirimi Fatiha wae gawe keluargaku,” lanjutnya menuturkan perkataan Suprapto.

Namun saat itu, Sri Sulastri sempat dalam keadaan yang stabil pasca operasi kanker usus. Mengetahui keputusan Suprapto, sang suami, terkait pewakafan 5 rumahnya yang ada di Malang, Sulastri sangat mendukung penuh niatan baik tersebut.

Prasasti Nyai Ageng Pinatih
WAKAF UNTUK IBNU SABIL. Nama Yayasan yang menempel di tembok depan Babussalam. Foto: Izzuddin

Selain itu, Kamil juga menjelaskan bahwa Suprapto ternyata masih memiliki keturunan dari Bani Ahmad yang merupakan garis keturunan istrinya. Dan fakta tersebut baru Kamil ketahui setelah tiga tahun mengenal Suprapto.

Kamil pun memungkasi cerita panjangnya pada malam Ramadhan yang dingin itu dengan berpesan, bahwa jika kita diberi titipan, kita tidak boleh menyalahgunakan dan harus melaksanakan amanah itu dengan sebaik mungkin.

“Awak dewe iki sebenere kabeh tukang parkir. Cuma tergantung kita bagaimana memanfaatkannya untuk kesejahteraan dan kemaslahatan orang lain,” pungkas pengasuh Yayasan Babussalam itu dengan suara yang lembut.

Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *