Tulisan Dr. Imam Muhajirin Elfahmi SH, S.Pd, MM,
Jaringan Indonesia Berdaya
Penerima Anugerah Insan Pancasila dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila 2024.
SIARINDOMEDIA.COM – Akhir-akhir ini, ada kekhawatiran masyarakat Indonesia akan kehilangan jati dirinya. Ini ditandai dengan masuknya beragam budaya asing ke negeri ini. Bahkan, anak-anak muda yang digadang-gadang menjadi generasi emas, sudah banyak yang terpengaruh dengan budaya impor. Salah satu contohnya demam K-Pop melanda mayoritas anak-anak muda.
Para generasi penerus tersebut, saat ini seakan dininabobokkan dengan segala hal yang berbau Korea. Selain dari sisi musik, film, gaya hidup, hingga sampai urusan makanan, anak muda negeri ini sudah seperti berkiblat pada Negeri Ginseng tersebut. Inilah sebenarnya penjajahan yang secara tidak langsung, namun efek domino terhadap anak muda sangat berbahaya.
Belum lagi dalam beberapa tahun silam begitu derasnya masuk berbagai ideologi yang secara kultur dan sosial tidak sesuai dengan Indonesia. Sehingga ideologi-idelogi baru tersebut justru menjadi ”virus” baru yang berpotesi merusak ke-Bhinekaan negeri ini yang sudah terbangun ratusan tahun silam. Karena itu sebelum ideologi baru yang bertentangan dengan azas negara dengan cepatnya diberangus pemerintah.
Nilai kebangsaan, nasionalisme, dan rasa patriotisme terhadap bangsa sendiri pelan-pelan terancam terkikis di hati anak-anak muda. Rasa cinta terhadap bangsanya sendiri bisa saja luntur seiring dengan terus masuknya gempuran budaya asing secara bebas terbuka.
Karena itulah sangat penting ada pemahaman mendalam dan komitmen yang kuat serta konsisten terhadap prinsip dan semangat nasionalisme dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa yang berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang 1945.
Spirit kebangsaan sudah seharusnya ditanamkan kepada seluruh komponen warga negara Indonesia, khususnya di kalangan anak muda sebagai generasi penerus. Cinta tanah air yang merupakan bagian dari nasionalisme dan patriotisme sangat dibutuhkan demi mencapai cita-cita luhur para godfather pendiri bangsa ini.
Sebagai bentuk menumbuhkan karakter rasa cinta tanah air itu , maka seperti yang kami lakukan bertahun-tahun, para generasi muda dididik dan diarahkan melalui berbagai program pelatihan. Mulai pelatihan kepemimpinan, kewirausahaan, maupun pelatihan mental berani berdaya saing.
Target dari program yang kami kembangkan adalah menjadikan generasi muda menuju Indonesia Gemilang 2045. Langkah yang kami lakukan dalam wadah bernama Nusantara Gilang Gemilang yakni menumbuhkan dan memperkokoh pemberdayaan kewirausahaan serta kepemimpinan melalui berbagai program kerja nyata. Dan tentu, untuk mempermudah mewujudkan cita-cita tersebut, maka kolaborasi dan sinergi positif dengan berbagai individu, instansi pemerintah, maupun komunitas dalam berbagai kegiatan pemberdayaan.
Prinsip sinergi adalah saling berdaya dan memberdayakan semua pihak. Konsep inilah yang sesuai dalam butir ke-5, 10 dan 11 pada Sila ke-5 Pancasila yang berbunyi: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dalam butur ke-5 disebutkan, suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri. Di butir ke-10 sila ke-5 Pancasila disebutkan suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama. Sementara pada butir 11 dinyatakan suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
(To be Continued)
* Artikel ini merupakan sumbangan dari tulisan Dr. Imam Muhajirin Elfahmi SH, S.Pd, MM.
Penulis yang juga biasa disapa Coach Fahmi, adalah Penerima Anugerah Insan Pancasila dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) 2024.
Penulis aktif di ‘Kajian Spirit Gemilang’ yang diinsiasi Nusantara Gilang Gemilang (NGG) atau komunitas para pengusaha.
Kajian Spirit Gemilang rutin dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Kajian ini banyak mengupas mengenai narasi kepemimpinan dalam upaya memberi kontribusi, utamanya di bidang ekonomi, pendidikan dan politik.