SIARINDOMEDIA.COM – Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof. M. Nasih, akhirnya mengembalikan jabatan Prof. Dr. dr. Budi Santoso sebagai Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Unair.
Hal itu disampaikan Rektor Unair Prof Nasih usai melaksanakan salat di Masjid Ulul Azmi, Kampus C Unair, Selasa (9/7/2024). Saat itu dia terlihat bersama dengan Prof Budi Santoso.
Saat ditemui awak media, Prof Nasih mengatakan dia mengembalikan posisi Prof Budi Santoso kembali sebagai Dekan FK Unair setelah menerima surat klarifikasi dan keberatan dari yang bersangkutan.
“Tentu karena kami sudah menerima surat dari Prof Bus (Budi Santoso), cuma agak sulit baca surat Prof Bus, tulisan tangan, saya bukan apoteker,” kata Prof Nasih berkelakar.
“Tapi intinya kami sudah paham sebagaimana disampaikan oleh Prof Bus. Dan karena ada alasan bagi kami untuk mengangkat beliau sebagai Dekan, ya kita angkat kembali,” lanjutnya.
Kendati demikian, Rektor Unair yang menjabat sejak 2015 itu enggan memberikan alasan dasar pencopotan Prof Bus, panggilan akrab Prof Budi Santoso. Dia juga tak memberikan komentar mengenai kemungkinan pencopotan Prof Bus sebelumnya karena pendapatnya yang menolak dokter asing beroperasi di Indonesia.
Dengan keputusan ini, Prof berusia 61 tahun itu akan kembali menjabat sebagai Dekan FK Unair terhitung mulai besok, Rabu (10/7/2024).
Sementara itu, di kesempatan yang sama, Prof Budi Santoso memastikan akan tetap kritis dengan kebijakan pemerintah. Dia akan tetap menyuarakan masukan-masukan kepada pemerintah, namun dengan cara yang berbeda.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pekan lalu, tepatnya pada Rabu (3/7/2024) Prof Bus dicopot mendadak sebagai Dekan FK Unair. Pencopotannya tersebut memantik reaksi keras dari koleganya sesama guru besar dan alumni. Mereka bahkan menggelar unjuk rasa di halaman FK Unair sehari setelah pencopotan Prof Bus.
Pencopotan dokter spesialis kebidanan itu disinyalir karena pernyataannya yang secara terang-terangan melontarkan ketidaksetujuan dengan program Kemenkes untuk mendatangkan dokter asing di Indonesia.
Menurutnya, 92 fakultas kedokteran di Indonesia mampu meluluskan dokter-dokter yang berkualitas dan kualitasnya tidak kalah dengan dokter-dokter asing. (*)