SIARINDOMEDIA.COM – Kementerian Pendidikan dan Penelitian Jerman membuat rencana pemotongan dana rektor bagi para profesor yang membela aksi protes pro-Palestina. Sontak saja wacana ini langsung mendapat kecaman dari asosiasi rektor yang ada di sana.
Kantor Berita Anadolu Anjasi melaporkan, Ketua Asosiasi Dosen Universitas Negeri (HRK) Walter Rosenthal menilai langkah kontroversial yang diambil adalah sebuah keputusan aneh.
“Pada pertengahan Mei, tampaknya ada permintaan dari BMBF (Kementerian Federal Pendidikan dan Penelitian) untuk mengkaji pengecualian ilmuwan dari pendanaan BMBF yang sedang berjalan setelah mereka menggunakan hak dasar mereka atas kebebasan berekspresi terkait konflik Timur Tengah (Israel-Palestina),” ungkap Walter dalam keterangannya.
Lebih lanjut, dia mengatakan perbedaan pendapat dan berdebat tentang isinya adalah suatu hal yang wajar. Namun jika menghubungkan ekspresi berpendapat yang tidak dikenakan tuntutan pidana dengan pemotongan dana merupakan pelanggaran kebebasan akademik.
Disebutkan pada 8 April lalu ada lebih dari 100 akademisi yang berbasis di Jerman menyatakan dukungan terhadap Palestina di lingkungan universitas seraya mengkritik tindakan keras polisi yang disertai kekerasan.
“Kami mengutuk penggusuran kamp protes di Universitas Bebas Berlin (Freie Universitat Berlin) oleh polisi dan membela hak mereka untuk melakukan protes damai,” kata kelompok rektor tersebut dalam sebuah pernyataan.
Mereka mendesak manajemen Universitas Berlin untuk menahan diri dari operasi polisi terhadap mahasiswa mereka sendiri dan dari tuntutan pidana lebih lanjut.
Dialog mahasiswa dan perlindungan universitas sebagai ruang bagi masyarakat kritik harus menjadi prioritas utama. Adapun universitas-universitas yang telah menggelar aksi bela Palestina antara lain Berlin, Frankfurt, Leipzig, serta Bremen.

Bantuan-bantuan untuk warga Gaza pun kini masih terus diupayakan. Bahkan baru-baru ini Mendagri Turki, Ali Yerlikaya bertemu dengan kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini.
Pertemuan yang berlangsung di Ankara itu membahas tentang bantun yang akan diberikan Turki kepada Palestina. Bantuan tersebut dikoordinasikan oleh Badan Penanggulangan Bencana dan Kondisi Darurat (AFAD) dan bekerja sama dengan organisasi non-pemerintah.
Tak hanya mengucapkan terima kasih atas kedatangan Lazzarini dan delegasinya ke Turki, Yerlikaya turut menekankan komitmen dukungan teguh Turki untuk rakyat Palestina.
“Bahkan jika dunia tetap diam, kami tidak akan diam. Di bawah kepemimpinan Presiden kami Rezep Tayyip Erdogan, kami akan terus mendeklarasikan bahwa ‘Dunia lebih besar dari 5’, untuk menyuarakan penindasan di dunia,” terangnya.
Di sisi lain, Presiden Erdogan yang bertemu Raja Spanyol di Madrid juga membicarakan tentang agresi Israel terhadap dan berbagai perkembangan global.
Menekankan kebijakan genosida Israel di wilayah Gaza harus segera diakhiri, Erdogan menyatakan langkah Spanyol dalam mendukung Palestina adalah keputusan yanng sangat tepat dan penting.
“Seiring meningkatnya tekanan masyarakat internasional terhadap Israel, hal itu dapat membuka jalan bagi perdamaian abadi di kawasan ini,” kata Erdogan.